Minggu, 29 Januari 2012

Perempuan dan Kutukan Segregasi

Ahmad Sahidah
PHD. DOSEN FILSAFAT DAN ETIKA UNIVERSITAS UTARA MALAYSIA


Angkutan busway adalah satu jalan keluar untuk menjadikan Ibu Kota lebih ramah lingkungan. Dengan angkutan massal, warga Jakarta bisa mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, yang tak hanya memboroskan bensin, tapi juga menyebabkan kemacetan, dan yang tak kalah dahsyatnya: menghambur-hamburkan bahan bakar dengan sia-sia. Kerugian dari kemacetan yang menyentuh angka triliunan rupiah seharusnya mengentak akal sehat kita dan pada gilirannya menuntut pemerintah serta wakil rakyat sungguh-sungguh memikirkan jalan keluar dan tindakan. Belum lagi tekanan akibat keadaan lalu lintas jalan raya yang macet telah turut menyumbang penurunan tingkat kenyamanan warga, dan pada gilirannya kejiwaan pribadi dan sosial mereka.
Pada waktu yang sama, usaha menjadikan angkutan umum moda transportasi yang nyaman ternyata turut menyumbang terjadinya tindak asusila, pelecehan seksual terhadap penumpang perempuan. Kejadian ini tentu hanya berlaku di negara-negara berkembang, karena di Barat sekalipun kita tak mendengar adanya pelecehan di angkutan umum. Betapa mereka menikmati angkutan umum tanpa terganggu, meskipun gerbong-gerbong kereta api dan badan bus dipenuhi penumpang. Adakah gagasan kebebasan perlu dipraktekkan di sini? Agar orang ramai tak lagi hanya memikirkan kebutuhan biologis, tapi merangkak pada keperluan yang lebih tinggi, semisal kasih sayang dan aktualisasi diri seperti diandaikan oleh Abraham Maslow dalam teori kebutuhan dasarnya. 

Minggu, 22 Januari 2012

Networked Science dan Politik Pengetahuan


Dian Basuki
PEMINAT MASALAH SAINS 


Revolusi digital yang tengah berlangsung mengirim arus perubahan ke segenap sudut kehidupan manusia. Pelaku ekonomi, bisnis, dan keuangan telah memetik banyak manfaat dari perubahan-perubahan yang dibawa oleh teknologi Internet. Aktivitas pendidikan, politik, dan banyak bidang lain juga memanfaatkan keunggulan yang ditawarkan teknologi digital ini. Sains tidak termasuk dalam pengecualian, bila pengecualian itu memang ada.
Kerja kolaboratif menjadi salah satu peluang yang ditawarkan Internet dalam kerangka menghimpun pengetahuan. Beberapa perusahaan multinasional sudah memanfaatkan Internet untuk membangun jejaring pengetahuan di lingkungan internal. Karyawan, manajer, serta para ahli di lingkungan perusahaan dapat bertukar ilmu dan pengalaman. Dalam memecahkan persoalan yang pelik, pekerja di Indonesia dapat meminta atau menerima saran dari karyawan lain yang bertugas di Meksiko atau Kanada.

Minggu, 15 Januari 2012

Menyambut Era Digital


Husein Ja'far al-Hadar
PEMINAT STUDI AGAMA DAN FILSAFAT

Sosok Steve Jobs yang begitu tenar dan fenomenal setahun terakhir ini secara tak langsung berperan besar dalam menyadarkan kita telah bergulirnya apa yang diprediksi Martin Heidegger (1950) sebagai gelombang revolusi teknologi. Deretan kabar mengejutkan dan kontroversial tentang salah seorang sosok paling penting di dunia digital itu, sejak kabar tentang sakitnya, yang disusul keputusan kontroversialnya untuk mengundurkan diri sebagai CEO Apple Inc, hingga tak lama setelah itu kabar kematiannya, merupakan rentetan kabar mengejutkan yang membuat kita "dipaksa" menyisakan perhatian untuk menyadari bahwa dunia kita berdiri saat ini sedang bergerak menuju era baru yang disebut era digital, dengan Steve Jobs sebagai salah satu tokoh pentingnya. Gelombang revolusi teknologi itu kini terlihat dalam proses digitalisasi yang terjadi hampir di seluruh sendi kehidupan kita. Bahkan, saat ini di Jakarta, untuk memesan ojek sekalipun kita bisa melakukannya via perangkat digital. Dan pergerakannya sangat cepat. Hanya dibutuhkan waktu sekitar tiga dekade. Berbeda jauh, misalnya, dengan gelombang revolusi mesin uap ke pesawat terbang yang membutuhkan waktu dua setengah abad. 

Minggu, 08 Januari 2012

Berumah di Buku


Bandung Mawardi
AKTIVIS SASTRA

Orang-orang tergesa meramalkan masa depan buku (elektronik) sebelum rampung mengenangkan masa lalu buku (cetak). Umberto Eco, novelis asal Italia, mengaku sungkan membaca edisi buku elektronik karena bisa membuat mata rabun. Eco justru menghendaki terus menjalani ritus membaca buku cetak. Nostalgia, emosionalitas, sentimentalitas, dan aliran waktu kerap tersimpan di buku cetak. Eco mengandaikan diri menemukan buku masa kecil di gudang. Takjub, haru, dan keajaiban bakal teralami dalam tautan diri, buku, serta waktu. Eco (Tempo, 30 Oktober 2011) mengatakan, "Ada emosi bergerak di situ." 
Pemaknaan buku cetak oleh Eco ada di zaman kalap teknologi. Segala hal mengalami percepatan, perluasan, peringkasan, dan penggandaan oleh teknologi. Orang-orang mulai mendua untuk menerima buku dalam format cetak dan elektronik. Nalar teknologis memihak selebrasi buku elektronik dengan dalil pencanggihan medium, ruang, harga, tubuh, dan waktu. Puja teknologi melalui ejawantah buku elektronik memang mengagendakan selebrasi masif literasi di dunia, tapi perlahan bisa menghilangkan memori ajaib tentang manusia dan buku.