Minggu, 29 April 2012

Menimbang Metode Sokratik


Dion Pare
PEMINAT MASALAH PENDIDIKAN

Satu masalah yang sering mengemuka dalam pendidikan kita adalah bahwa para lulusan sekolah kita lebih merupakan manusia hafalan. Hal itu terjadi karena proses pembelajaran di sekolah-sekolah masih lebih banyak menekankan ceramah dan kurang demokratis. Para guru berbicara dan memberi tahu apa yang mereka ketahui kepada para murid, dan para murid harus mengingat setiap informasi itu. Potensi yang diandalkan dari pihak murid adalah kemampuan mengingat. Akibatnya, siswa kurang bebas mengembangkan pikiran dan gagasannya (Paul Suparno dalam J. Drost, 2006).
Persoalan-persoalan semacam itu bisa diatasi bila terjadi perubahan metode belajar dari kebiasaan menghafal ke kebiasaan tempat belajar berpikir (Buchori, 1995). Pengajaran atau tepatnya proses pembelajaran adalah proses menjadikan yang diajar belajar. Sebetulnya, tak seorang pun bisa dan pernah bisa menjadikan orang lain pandai. Hanya diri orang itu sendirilah yang dapat membuat dirinya pandai lewat belajar. Hanya orang itu sendirilah yang bertumbuh atas hal apa yang diketahuinya.

Minggu, 22 April 2012

Intelektual yang Tersisa


Dian Basuki
PEMINAT MASALAH SAINS

Setelah melewati periode tidur panjang, apa yang disebut sebagai "kebangunan (kembali) demokrasi" ternyata diwarnai oleh fenomena mencolok: hasrat luar biasa untuk menguasai sumber daya material. Bukan lagi kejanggalan, uang telah menjadi sumber daya kekuasaan yang mampu mengubah prinsip dan karakter. Para elite membutuhkan sumber daya material yang andal agar mampu menghadapi persaingan di antara mereka sendiri dan tantangan para oligark dalam memperebutkan kuasa politik. Mereka umumnya telah saling mengerti apa yang harus dilakukan untuk memperoleh sumber daya ini dalam waktu singkat.
Di tengah elu-elu atas pertumbuhan ekonomi, yang berbaur dengan korupsi yang terus menular bagai wabah dan keadilan sosio-ekonomi yang tak kunjung tegak, ke arah mana bangsa ini hendak menuju? Mungkinkah kita tengah kehilangan orientasi, berada dalam status disoriented society, lantaran kekaburan tentang apa yang harus menjadi pegangan di antara begitu banyaknya paradoks?

Minggu, 15 April 2012

Taman Bacaan Masyarakat 2.0

Agus M. Irkham

KEPALA DEPARTEMEN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENGURUS PUSAT FORUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT


"Agama" baru telah lahir. Facebook namanya. Di Indonesia, ia dipeluk tak kurang dari 43,06 juta jiwa. Melebihi jumlah penduduk Kanada, yang hanya 33,2 juta jiwa (2011). Artinya, jumlah anggota jemaah "Facebookiyah" kita terbesar ketiga setelah Amerika Serikat dan India. Dengan jumlah penduduk Indonesia 243 juta, praktis satu dari enam warga Indonesia memiliki satu akun di Facebook. 
Bagaimana dengan Twitter? Bak pinang tak berbelah. Di Indonesia, tak kurang dari 19,5 juta orang aktif menggunakannya. Dengan jumlah pengguna yang mendekati angka 20 juta jiwa itu, Indonesia tampil menjadi negara dengan jumlah pengguna Twitter terbesar kelima di dunia. Persis di bawah Inggris dengan 23,8 juta akun. 

Minggu, 08 April 2012

Surat, Demonstrasi, Puisi


Bandung Mawardi
PENGELOLA JAGAT ABJAD SOLO

Nasib rezim kerap bergantung pada politik harga bahan bakar minyak (BBM). Narasi politik Orde Lama memuat soal harga sebagai pertaruhan utopia dan petaka. Mohamad Hatta dalam sepucuk surat (19 Januari 1962) untuk Sukarno menulis kalimat-kalimat sindiran: "Tiap pejabat negeri mendengung-dengungkan bahwa kita sedang menuju ke sosialisme.... Tujuan sosialisme ialah memurahkan ongkos rakyat. Berbagai tindakan pemerintah sebaliknya, memahalkan." Kontradiksi rezim Orde Lama diungkapkan Hatta sebagai ikhtiar mengingatkan Sukarno agar melakukan koreksi atas politik harga. 
Peringatan itu terus dilanjutkan oleh Hatta di ujung kekuasaan Sukarno. Hatta (1 Desember 1965) menerangkan: "Harga bensin Rp 4 seliter terlalu murah. Sejak dari 1961, saya sarankan kepada beberapa pejabat yang bersangkutan, supaya dinaikkan berangsur-angsur...." Saran itu diabaikan oleh pemerintah. Politik Orde Lama pun terus limbung oleh kegagalan mengurusi politik harga. Pemerintah justru semakin mengeruhkan politik atas nama "amanat penderitaan rakyat" dengan harga bensin 6,5 kali lipat. Politik harga bensin ini memicu kenaikan harga pelbagai kebutuhan pokok dan transportasi. Hatta mengajukan kritik keras dengan surat. Mahasiswa pun turut mengajukan kritik untuk menanggungkan petaka politik harga. Demonstrasi adalah jawaban ampuh atas ulah rezim.

Minggu, 01 April 2012

Jembatan Pendidikan dari Cerita

Afrizal Malna
PENYAIR

Di Dublin, Irlandia, sebuah jembatan didirikan. Nama jembatan itu diambil dari nama tokoh seorang penulis drama, yang pesona narasinya menguasai panggung-panggung teater hingga kini, yaitu Samuel Beckett. Jembatan ini melintasi Sungai Liffey, yang menghubungkan Sir John Rogerson's Quay dan North Wall Quay. Jembatan dirancang oleh Santiago Calatrava, dan diresmikan pada 10 Desember 2009.
Samuel Beckett Bridge merupakan bagian dari gerakan kota yang menggunakan kesenian sebagai imaji-imaji utamanya. Ia mengubah wajah militeristik kota, wajah yang terlalu berbau pemerintahan, kekuasaan, atau terlalu berbau bisnis, dengan imaji-imaji yang semakin menjauhkan diri dari nada agresi. Ia juga menjauhkan kota dari ikon-ikon konflik dan eksploitatif. Beckett adalah nama yang tidak berlebihan untuk jembatan seperti itu.