Minggu, 24 Juni 2012

Kekerasan


Geger Riyanto
ALUMNUS SOSIOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA

Di masa Orde Baru, orang-orang menanti tibanya hari seperti yang kita jalani setiap hari sekarang ini. Tak ada sosok tunggal yang mana kekayaan di seluruh Indonesia dengan gampang terjatuh ke bawahnya, dan warga hanya dapat menonton dengan pasrah dari balik penjagaan tentara. Tak ada sesosok Paman Gober yang mana uang ibarat dicetak hanya untuk mengalir kepadanya.
Dan, benar, inilah eranya. Kemakmuran tidak lagi digenggam bulat-bulat oleh satu sosok. Namun sekarang, siapa yang tidak punya kawan yang tak pernah menghela napas sambil merindukan ketenangan hidup di masa sebelumnya? Saat melangkah ke era ini, kita dengan polos mendambakan keadilan dan gagal melihat bahwa kekerasan juga turut akan terbagi-bagi dengan "adil" ke tengah-tengah masyarakat. Tahu-tahu saja kekerasan menjadi bahasa baru yang menyergap kita. Menengadah ke atas, kita hanya akan menemukan negara yang membatu di hadapan kekerasan kekuatan-kekuatan masyarakat terhadap warga. Dan yang tersisa tinggal apa yang ada di belakang kita.

Minggu, 17 Juni 2012

Tidak Terbit

Minggu ini, 17 Juni 2012, Koran Tempo tidak terbit karena bertepatan dengan libur nasional (Isro Miraj 1433 H).

Minggu, 10 Juni 2012

Teknologi Pemulihan Lahan Sakit


Tualar Simarmata
GURU BESAR FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

Kesehatan dan kesuburan lahan sawah di Indonesia saat ini sudah sangat kritis, dan sebagian besar sudah sakit berat. Akibatnya, respons terhadap pemupukan semakin melandai (leveling off). Sementara produktivitas padi rata-rata nasional terus meningkatkan dari sekitar 2 ton pada 1960-an hingga menjadi sekitar 4,5 ton per ha pada 1990-an, dari periode 1990 hingga 2011 produktivitas hanya berkisar 4,6-4,9 ton per ha. Tanah yang telah mengalami degradasi tersebut dapat dikelompokkan sebagai lahan sawah sakit dan kelelahan (sick soils and fatigue).
Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP) mengungkapkan, saat ini sekitar 73 persen lahan sawah (sekitar 5 juta ha) memiliki kandungan C-organik yang sangat rendah sampai rendah (C-organik < 2persen), 22 persen memiliki kandungan C-organik sedang (2-3 persen C-org), dan 4 persen memiliki kandungan C-organik tinggi (> 3persen C-org). Tanah dengan kandungan C-organik < 2persen dapat dikategorikan sebagai lahan sawah yang sakit dan kelelahan. Bila dibandingkan dengan lahan sawah sehat yang memiliki kandungan C organik > 3persen, maka kondisi tersebut sudah sangat kritis.

Minggu, 03 Juni 2012

Doa dan Pancasila


Bandung Mawardi
PENGELOLA JAGAT ABJAD SOLO

Pancasila tak sekadar pidato atau perdebatan pelik soal falsafah negara. Sejarah Pancasila pun menguak doa. Kita bisa melakukan selisik melalui pengakuan Sukarno. Pancasila mewartakan religiositas sebagai basis politik Indonesia. Sukarno telah merancang Pancasila sejak 1920-an untuk memberi makna dan mengisahkan Indonesia. Ritus menggali-mengolah Pancasila memuncak saat menjelang pidato Pancasila: 1 Juni 1945.
Sukarno menerangkan peristiwa religius di rumah beralamat di Jalan Pengangsaan Timur 56: malam menjelang pidato Pancasila. Kita bisa turut merasai ritus pendoa untuk mengajukan Pancasila sebagai falsafah Indonesia. Sukarno (1964) mengisahkan: “Saja keluar di malam sunji itu dan saja menengadahkan wadjah saja ke langit. Dan, saja melihat bintang gemerlapan, ratusan, ribuan, bahkan puluhan ribu. Dan, di sinilah saja merasa kecilnja manusia, di situlah saja merasa dhaifnja aku ini, di situlah aku merasa pertanggungan-djawab jang amat berat dan besar jang diletakkan di pundak saja, oleh karena keesokan harinja saja harus mengemukakan usul saja tentang hal dasar apa negara Indonesia merdeka harus memakai.”